Kamis, 10 September 2009

Hamzah bin Abdul Muthalib r.a. (8)

Hijrah dan Persaudaraan

Setelah pelaksanaan Perjanjian Aqabah kedua selesai dan Rasulullah saw. telah berhasil mendirikan fondasi untuk negara Islam di tengah-tengah padang pasir yang penuh dengan kekafiran dan kebodohan, Rasulullah saw. mengizinkan kepada umat Islam untuk hijrah ke negeri tersebut.

Mendapat izin tersebut, para sahabat pergi hijrah ke kota Madinah secara berkelompok-kelompok. Mereka singgah di rumah-rumah kaum Anshar dan kaum Anshar pun dengan senang hati siap melindungi, menolong dan menghibur mereka.

"Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka itulah orang-orang yang beruntung." (al-Hasyr:9)

Hamzah r.a. adalah salah seorang yang berhijrah ke kota Madinah. Dia tinggal di rumah Kultsum bin al-Hidm (Sa'ad bin Khaitsamah). Ketika Rasulullah saw. datang ke kota Madinah, beliau mempersaudarakan para sahabat dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Rasulullah saw. bersabda, "Jalinlah tali persaudaraan di jalan Allah, laksana dua saudara kandung."

Salah satunya, Rasulullah saw. mempersaudarakam antara Hamzah bin Abdul Muthalib r.a., singa Allah dan Rasul-Nya saw. dengan Zaid bin Haritsah, pembantu Rasulullah saw. Zaid inilah orang yang mendapat wasiat dari Hamzah r.a. pada waktu perang Uhud.

Senin, 07 September 2009

Khotbah Umar Bin Abdul Aziz dalam Mengingatkan Kematian dan Usahanya Mencukupi Kebutuhan Rakyatnya


Umar berkhotbah pada manusia di sebuah kampung bernama Khunashirah, Syiria,

"Hai manusia, sesungguhnya kalian tidak diciptakan dalam keadaan sia-sia dan tidak ditinggalkan begitu saja tanpa guna. Kalian memiliki tempat kembali, yaitu akhirat. Di sana, Allah menerapkan dan memutuskan perkara di antara kalian dengan penuh keadilan. Karenanya, alangkah rugi dan menderitanya orang yang keluar dari rahmat Allah yang menyelimuti segala sesuatu, dan alangkah meruginya orang yang diharamkan masuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi

Tidakkah kalian lihat bahwa kalian sedang berada dalam puing-puing peninggalan orang-orang yang telah mati. Selanjutnyapun, akan diwarisi oleh orang-orang setelah kalian. Sampai akhirnya akan jatuh ke tangan sebaik-baik orang yang mewarisi. Setiap hari, kalian melayat orang yang pergi menghadap Allah, orang-orang yang pergi karena memang telah sampai pada ajalnya, lalu kalian mengasingkannya dalam lubang tanah tanpa bantal dan tanpa alas kasur.

Ia berpisah dengan para kekasihnya, meninggalkan warisan, dan berhadapan dengan perhitungan dan menghuni tanah. Ia bergantung pada amalnya, tidak memerlukan harta yang ia tinggalkan, dan hanya membutuhkan amal yang telah ia ajukan.

Demi Allah, saat aku katakan perkataan ini, tidak ada dosa di antara kalian yang aku ketahui lebih banyak dari dosa yang menempel pada diriku. Karenanya, aku mohon ampunan Allah dan bertobat kepada-Nya. Tak ada seorang pun di antara kalian yang hajatnya sampai kepadaku kecuali pasti aku tutup hajar itu selama aku mampu. Jika ada di antara kalian yang hajatnya tidak cukup aku tutup dengan apa yang ada pada diriku, niscaya akan aku tutup dengan apa yang ada pada keluargaku, sampai kita semua hidup dalam kecukupan yang sama.

Demi Allah, jika aku mengharapkan selain kemewahan dan kemuliaan hidup sendiri, tentu lisanku akan mencelaku. Kitabullah berbicara dengan jelas memerintahkan aku untuk taat kepadanya dan melarangku berbuat maksiat padanya."

Umar lalu mengangkat ujung jubahnya dan meletakkan pada mukanya, kemudian menangis tersedu-sedu. Rakyatnya yang ada di sekitarnya pun ikut larus dalam tangis. Umar lalu berkata, "Kita memohon kepada Allah taufik-Nya, petunjuk-Nya, dan amal perbuatan yang diridhai-Nya."

Kamis, 03 September 2009

Hamzah bin Abdul Muthalib r.a. (7)

Melihat Malaikat Jibril a.s.

Pada suatu hari, ketika Hamzah r.a. sedang duduk bersama Rasulullah saw. Di dekat Ka’bah, Hamzah r.a. meminta kepada Rasulullah saw. Untuk diperlihatkan kepadanya Malaikat Jibril a.s. dalam bentuk aslinya.

Mendengar permintaan Hamzah, Rasulullah saw. Berkata kepadanya, “Sungguh engkau tidak akan mampu untuk melihatnya”. Hamzah r.a. menjawab, “Ya!!” Kemudian, Rasulullah saw. Berkata, “Duduklah di tempatmu.” Lalu Jibril a.s. turun di atas sebuah kayu yang berada di Ka’bah, tempat orang-orang musyrik biasa meletakkan baju mereka di atasnya ketika mereka thawaf di Ka’bah. Kemudian, Rasulullah saw. Berkata kepada Hamzah r.a. ., “Angkat pandanganmu dan lihatlah!” Ketika itu, Hamzah r.a. melihat Malaikat Jibril a.s. . Kedua telapak kakinya laksana permata hijau yang indah. Tak lam kemudian Hamzah r.a. jatuh pingsan.

Rabu, 02 September 2009

Keihlasan Khalid dan Abu Ubaidah


Cuaca panas terik di akhir bulan Jumadil Akhir. Pasukan Islam dibawah komando Khalid sedang menunggu-nunggu serangan pasukan Romawi. Saat itu Gregorius sudah bergabung dengan pasukan Islam setelah menyatakan syahadatnya.

Tiba-tiba terlihat dari kejauhan seorang utusan datang menuju tentara Islam. Kuda tunggangannya dipecut dengan laju seperti ada berita penting yang ingin disampaikan segera.

"seorang utusan dari Madinah yang bernama Munajamah bin zanim datang. Dia membawa surat dari khalifah." kata panglima Yazid.

Khalid bin Walid yang saat itu sedang memberi taklimat terakhir kepada para ketua pasukan Islam segera menangguhkan ucapannya.

"Biarkan utusan itu masuk. Pastilah ada hal penting dari khalifah yang mau disampaikan." katanya.

kemudian utusan itu masuk dan khalid menyambutnya

"selamat datang wahai Munajamah, utusan dari Khalifah. Pasti ada perkara penting yang mau disampaikan. Aku tidak sabar untuk mendengarnya." ujar Khalid

"Memang benar kata tuan. ada hal penting dari khalifah yang mau saya sampaikan. Karena persoalan ini sulit dan rahasia, lebih baik hanya Panglima saya yang mendengarnya." kata Munajamah

Khalid memerintahkan yang lain untuk keluar dari kemah.

"saya membawa dua berita sedih dan satu berita gembira. Berita mana yang perlu saya sampaikan dahulu?" tanya nya

"Dahulukan berita sedih supaya hati saya terobati oleh berita gembira" jawab khalid

"Khalifah Abu Bakar meninggal dunia pada 23 Jumadil akhir 13 Hijriah. Jenazahnya sudah dikebumikan bersebelahan dengan makam Nabi Muhammad."

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun..." ucap khalid. dia merasa sedih. air matanya berlinang..

"Tangguhkan dahulu berita sedih yang kedua, sampaikan kepada saya berita gembira" ujar khalid

"Umar bin Khatab dilantik menjadi khalifah Islam yang kedua dengan disetujui oleh semua penduduk Islam di Makkah dan Madinah." kata utusan itu

"Alhamdulillah" ucap khalid. "saya yakin Umar bin Khatab dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dia mampu meneruskan dasar pemerintahan yang diterapkan oleh Khalifah Abu Bakar"

"Boleh saya menyampaikan berita sedihnya?" tanya munajamah

"silakan" khalid bin walid bersedia mendengarnya

Munajamah menatap wajah khalid sambil berkata,
"saya harap tuan tidak terkejut dengan berita yang ingin saya sampaikan ini. Saya yakin tuan memiliki semangat yang kuat dan terbuka hati menerima kabar ini."

"Katakan saja karena saya ingin mendengarnya" balas khalid

"Umar bin Khattab selaku khalifah Islam memecatmu dari jabatan ketua panglima tentara Islam. Tempat tuan akan digantikan oleh panglima Abu Ubaidah (wakil khalid ketika itu). Ini surat perintah dari khalifah dan saya diamanahkan menyampaikannya kepada tuan."

Khalid bin walid membuka surat itu dengan tenang lalu membacanya. Wajahnya tidak menampakan perubahan

"Semua yang kita miliki di dunia ini hanya sementara. Kita harus ikhlas karena semua yang terjadi adalah dengan izin Allah. Karena itulah hati saya tidak marah atau sedih dengan keputusan khalifah Umar. Selain itu, dia salah seorang sahabat Nabi yang sudah dijamin masuk surga." kata Khalid bin Walid tenang

Subhanallah...

akhirnya mereka sepakat menjemput dan bertemu Abu Ubaidah. Abu ubaidah adalah sahabat Nabi yg shalih dan ikhlas. Dia menangis ketika mendengar khalifah Abu bakar meninggal. Terlebih ketika Umar bin Khatab dilantik menjadi khalifah, Abu Ubaidah menangis sekali lagi.

Kemudian ketika mengetahui Khalid bin Walid diberhentikan, dia terlihat semakin sedih. Setelah diberi tahu bahwa dia dilantik menjadi ketua panglima Islam untuk menggantikan Khalid, Abu Ubaidah menangis terisak-isak.

"Mengapa kamu menangis begini? apa tidak ada berita yang menggembirakan hatimu?" tanya khalid kepada Abu Ubaidah

"Bagaimana saya tidak sedih, kematian Khalifah abu Bakar adalah satu kehilangan besar, bukan saja kepada kita, tetapi kepada seluruh umat manusia" jawab Abu Ubaidah

"Mengapa tuan menangis ketika mendengar Umar bin Khatab dilantik menjadi khalifah?" tanya Munajamah

"Saya menangis karena gembira. Hanya Umar yang layak menggantikan Khalifah Abu Bakar. Pelantikan itu menjauhkan umat islam dari perpecahan perebutan jabatan khalifah" jawabnya

"Lalu mengapa engkau menangis ketika mengetahui saya dipecat oleh Umar?" tanya khalid

"Engkau berhati baja, berani, dan memiliki pengaruh di pasukan islam. Saya khawatir engkau menentang keputusan itu lalu meninggalkan medan perang. Akibatnya kita mengalami kekalahan karena hanya engkaulah yang layak membawa kemenangan." jelas Abu Ubaidah

"kemudian apakah pelantikanmu sebagai ketua panglima tidak menggembirakanmu?" tanya munajamah penasaran

"Saya malu menerima jabatan itu karena ada yang lebih layak dari saya di kalangan kita" jawab Abu ubaidah

kemudian Abu Ubaidah menyambung lagi, "saya teringat kata-katamu" Dia memandang Khalid bin Walid

"Jabatan bukanlah lambang kemegahan, tetapi tanggung jawab. Sekiranya tidak mampu ditunaikan, ia menjadi tanggung jawab di dunia dan akhirat. Saya merasa tidak layak memegang jabatan yang penting itu. Karena itulah saya menangis"

"Kita harus taat kepada perintah Umar, karena dia adalah khalifah" pesan khalid bin walid. "Dengan ini saya menyerahkan tugas sebagai ketua panglima tentara Islam kepada Panglima Abu Ubaidah bin Jarah"

"Saya menerima pelantikan ini sebagai amanah dari Allah, tetapi saya memiliki permintaan...." ujar Abu Ubaidah.

"Katakanlah, apa permintaanmu?" balas Khalid

"tentara kita sedang berhadapan dengan tentara Romawi. Biarkan mereka tetap berjuang. Saya minta berita ini tidak disampaikan kepada mereka sampai peperangan ini selesai"

"saya menyetujui permintaanmu" kata Khalid

"saya ada satu lagi permintaan" balas Abu Ubaidah

"teruskan.." balas khalid

"Walaupun saya jadi ketua penglima, tetapi engkau harus memimpin pasukan kita dalam menghadapi tentara Romawi. Engkau lebih berpengalaman. Teruskan siasatmu dan saya pasti mengikutinya" pinta abu Ubaidah

"Baiklah, saya setuju dengan permintaanmu. Saya berperang bukan karena Umar bin Khattab, tetapi karena Allah" Khalid tidak membantah

"terima kasih" ucap Abu Ubaidah dengan gembira. Hatinya lega karena Khalid tidak menolaknya

"Wahai munajamah, engkau datang kesini sebagai utusan bukan sebagai tentara. Karena itu saya perintahkan kamu untuk tidak mengikuti peperangan. Engkau duduk saja dalam kemah sampai peperangan selesai. Tangguhkan dulu kepulanganmu ke Madinah." kata khalid kepada Munajamah

Khalid bin walid dan abu Ubaidah keluar dari kemah seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka sengaja merahasiakan percakapan tadi demi menjaga perasaan dan semangat pasukan Islam agar tidak luntur dan dapat berjuang sepenuh hati.

"Ya Allah, Khalid bin Walid memang selayaknya dikaruniakan gelar Saifullah (pedang Allah)" kata Panglima Abu Ubaidah dalam hati

Selasa, 01 September 2009

Pasukan terbaik Thariq bin Ziyad


Sekarang kita ke zaman Umayah, saat itu Spanyol dipimpin oleh raja Gothic yang Zhalim bernama Raja Roderick. Saat itu salah seorang Gubernurnya memiliki anak yang cantik, yang kemudian diperkosa oleh sang raja. Rakyat banyak yang menderita, akhirnya Gubernur Julian beserta rakyat yang merindukan keadilan meminta pertolongan kepada Islam untuk menegakan keadilan di negerinya.

Saat itu pasukan Gothic berjumlah 200.000 orang, sementara panglima Islam Thariq bin Ziyad hanya membawa 12.000 pasukan. jumlah yang sedikit tidak menciutkan mereka. kemudian Thariq pun menyiapkan pasukan terbaiknya.

Thariq bin Ziyad meminta bantuan Amir untuk mengumpulkan semua prajurit yang ada. Setelah seluruh prajurit berkumpul, Thariq berkata kepada mereka,

"Allah telah membukakan pintu jihad di Andalusia bagi kita semua. Saya memerlukan 12ribu mujahidin untuk pergi bersama saya menjemput syahid."

Mendengar perkataan Thariq, seluruh prajurit yang hadir berdiri serentak sebagai tanda kesanggupan untuk pergi.

"Thariq, jumlah mereka terlalu banyak, sedangkan kita hanya memerlukan 12 ribu orang saja. Bagaimana cara kita memilihnya?" tanya Amir sang wakil Thariq.

Thariq bin Ziyad terlihat berpikir sejenak. Kemudian dia pun berkata, "Saya hanya akan memilih yang terbaik diantara kamu."

"Semua prajurit kita adalah yang terbaik. Mereka telah berpengalaman berperang dan sanggup mati syahid." bisik Amir.

Kemudian, Thariq bin Ziyad berkata, "Siapakah di antara kalian yang pernah meninggalkan shalat fardhu lima waktu silakan duduk kembali."

Mendengar perintah itu, separuh prajurit yang berdiri, duduk kembali sebagai pengakuan bahwa mereka pernah meninggalkann salah satu dari shalat fardhu lima waktu.

Lalu, Thariq bin Ziyad berkata lagi, " Siapakah diantara kalian yang pernah meninggalkan shalat tahajud dan witir silakan duduk kembali.'

Separuh lagi dari prajurit yang berdiri itu duduk kembali. " Mereka adalah prajurit terbaik yang saya maksud," bisik Thariq bin Ziyad kepada Amir

dan dengan 12000 pasukan ini, dibantu oleh penduduk Spanyol yang bosan dengan kedzaliman, dengan izin Allah mereka menaklukan Sevilla, Cordoba, Malaga, Granada, bahkan hingga Portugal. Darah rakyat pun tidak ada yang tertumpah, karena mereka dengan sukacita menyambut datangnya keadilan.. Subhanallah...