Senin, 07 September 2009

Khotbah Umar Bin Abdul Aziz dalam Mengingatkan Kematian dan Usahanya Mencukupi Kebutuhan Rakyatnya


Umar berkhotbah pada manusia di sebuah kampung bernama Khunashirah, Syiria,

"Hai manusia, sesungguhnya kalian tidak diciptakan dalam keadaan sia-sia dan tidak ditinggalkan begitu saja tanpa guna. Kalian memiliki tempat kembali, yaitu akhirat. Di sana, Allah menerapkan dan memutuskan perkara di antara kalian dengan penuh keadilan. Karenanya, alangkah rugi dan menderitanya orang yang keluar dari rahmat Allah yang menyelimuti segala sesuatu, dan alangkah meruginya orang yang diharamkan masuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi

Tidakkah kalian lihat bahwa kalian sedang berada dalam puing-puing peninggalan orang-orang yang telah mati. Selanjutnyapun, akan diwarisi oleh orang-orang setelah kalian. Sampai akhirnya akan jatuh ke tangan sebaik-baik orang yang mewarisi. Setiap hari, kalian melayat orang yang pergi menghadap Allah, orang-orang yang pergi karena memang telah sampai pada ajalnya, lalu kalian mengasingkannya dalam lubang tanah tanpa bantal dan tanpa alas kasur.

Ia berpisah dengan para kekasihnya, meninggalkan warisan, dan berhadapan dengan perhitungan dan menghuni tanah. Ia bergantung pada amalnya, tidak memerlukan harta yang ia tinggalkan, dan hanya membutuhkan amal yang telah ia ajukan.

Demi Allah, saat aku katakan perkataan ini, tidak ada dosa di antara kalian yang aku ketahui lebih banyak dari dosa yang menempel pada diriku. Karenanya, aku mohon ampunan Allah dan bertobat kepada-Nya. Tak ada seorang pun di antara kalian yang hajatnya sampai kepadaku kecuali pasti aku tutup hajar itu selama aku mampu. Jika ada di antara kalian yang hajatnya tidak cukup aku tutup dengan apa yang ada pada diriku, niscaya akan aku tutup dengan apa yang ada pada keluargaku, sampai kita semua hidup dalam kecukupan yang sama.

Demi Allah, jika aku mengharapkan selain kemewahan dan kemuliaan hidup sendiri, tentu lisanku akan mencelaku. Kitabullah berbicara dengan jelas memerintahkan aku untuk taat kepadanya dan melarangku berbuat maksiat padanya."

Umar lalu mengangkat ujung jubahnya dan meletakkan pada mukanya, kemudian menangis tersedu-sedu. Rakyatnya yang ada di sekitarnya pun ikut larus dalam tangis. Umar lalu berkata, "Kita memohon kepada Allah taufik-Nya, petunjuk-Nya, dan amal perbuatan yang diridhai-Nya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar